Jumat, 14 Juni 2013

Tradisi Sokok Taluh pada Masyarakat Islam Pegayaman

Jika anda berpikir Bali selalu identik dengan Masyarakat Hindu, mungkin anda perlu berpikir ulang atau datang ke Bali langsung. Memang sebagian besar Masyarakat Bali beragama Hindu namun tidak dipungkiri masyarakat lain juga ikut mendiami pulau yang berbentuk ayam ini seperti Masyarakat Islam, Kristen, Budha dan yang lainnya. Bukan hanya di era globalisasi ini saja Bali menjadi pulau yang multietnis, kebinekaan ini sudah terjadi sekitar ratusan tahun silam. Salah satu buktinya adalah keberadaan Masyarakat Islam di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Mereka sudah mendiami Pulau Seribu Pura ini ratusan tahun silam sejak Kerajaan Buleleng berdiri dengan raja terkenalnya Ki Barak Panji Sakti. 
Kontak dan komunikasi dengan masyarakat lokal Bali tidak terhindari lagi. Mereka kemudian mengadopsi beberapa unsur budaya Bali dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah tradisi sokok taluh yang memiliki konsep mirip dengan gebogan pada Masyarakat Hindu. Sokok Taluh biasanya dibuat oleh warga Pegayaman pada saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Setiap warga yang mampu membuat sokok dengan berbagai hiasan. Sokok terdiri dari telur yang dihias secantik mungkin dan ditata sedemikian rupa mirip dengan konsep gebogan. Seiring perkembangan waktu, bentuk sokok kian mengalami perubahan. berikut aneka bentuk sokok yang dibuat pada saat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW pada 24 januari tahun 2013.
Sokok Original: Telur masank yang dihiasi aneka kertas warna-warni berbentuk bunga diikat pada batang kayu kecil kemudian ditusukkan pada batang pisang yang menjadi pusatnya. Dasarnya berupa kotak bentuk limas yang di dalamnya terdapat aneka bentuk hasil bumi seperti buah-buahan, pisang, kelapa dan sebagainya. Kotak ini memiliki makna Ka'abah sebagai lambang kebesaran Agama Islam. Untuk menggotongnya ditambahkan kayu atau bambu di tengah ataupun disamping kotak. 
 
Sokok Bermotor: jika sokok yang original memerlukan tenaga manusia untuk menggotongnya, sokok satu ini tidak. sokok ini menggunakan tenaga motor untuk mengaraknya. Motor milik salah salah seorang warga Banjar Dauh Margi ini dihiasi dengan sedemikian rupa hingga menyerupai kupu-kupu. Telur diletakkan di sela-sela sayap si kupu-kupu. Si pemilik sokok tidak akan merasa lelah saat pawai sokok dilakukan, maklum pemilik hanya perlu menaiki motornya untuk mengikuti jalannya pawai.
Perahu Sokok: meski sudah ratusan tahun berada di Bali, mereka tidak lupa dengan leluhur mereka. Leluhur masyarakat Pegayaman berasal dari tanah Jawa (Kerajaan Mataram) dan Orang Bugis (Kerajaan Bone). Kesetiaan mereka pada leuhurnya terlihat pada sokok disamping. Orang Bugis pada Kerajaan Bone terkenal sebagai pelaut. Mereka sampai di tanah Balipun karena terdampar di perairan Buleleng. Untuk itulah seorang warga membuat Sokok berbentuk perahu sebagi bentuk kecintaan terhadap nenek moyang mereka. Namun sokok ini dibuat bukan untuk berlayar lho,,
Ogoh-ogoh Sokok: saking lama dan intensnya komunikasi masayarakat Pegayaman dengan masyarakat dan budaya Bali, sorang warga membuat sokok menyerupai ogoh-ogoh yang terdapat pada budaya Hindu. Hal ini terlihat jelas pada bentuk tangan dan gada yang sedang dipegang terinspirasi dari pembuatan ogoh-ogoh. Meski hanya berupa tangan yang memegang gada, sokok ini memiliki maksud yaitu mengajak seluruh warga Pegayaman agar tetap menjalankan dengan teguh ajaran Rasul dalam Agama Islam. 









Spiderkok (Spider Sokok): Mungkin pembuat sokok satu ini terinspirasi dari film Spiderman. Terlihat di sekitar Telur yang beralaskan batang pohon pisang ini terdapat laba-laba raksasa yang dikuliti dengan plastik berwarna hitam. Sokok ini dibuat oleh Komunitas Dinkdink, salah satu kelompok remaja di Banjar Dangin Magri Desa Pegayaman.


















Masjid Sokok: Salah satu sokok karya remaja Pegayaman yang Mondok di Ponpes Darussalam ini mengangkat tema Masjid. Telur digambari aneka karakter manusia lengkap dengan pakainnya saat berada di masjid. Para remaja ini ingin menampilkan aneka karakter orang sedang berada di Masjid untuk solat. Salah satunya menyerupai setan lengkap dengan tanduknya. mereka ingin menyampaikan bahwa hendaknya jika datang ke masjid dengan hati yang tulus agar sholat yang dilakukan bisa mendapat berkah. Jika tidak, maka sia-sialah datang masjid. 


Sokok Go Green:
Isu pencemaran lingkungan membuat dua warga Pegayaman mengusung tema go green dalam mendesain sokoknya. Hal ini dapat terlihat dari minimnya penggunaan bahan-bahan plastik atau kertas dalam proses pembuatannya. Hampir 90 % bahannya adalah benda ramah lingkungan seperti janur. Telur dimasukkan ke dalam ketupat sehingga tidak memerlukan plastik sebagai tempatnya. Meski nampak sederhana, mereka mengajak warga Pegayaman agar mencintai dan menjaga lingkungan agar tidak tercemar melalui sokok hasil karyanya. 

Sokok Te Sate: Sokok satu ini lebih mirip dengan penjual sate dari madura yang menjajakan satenya dengan menggunakan dua keranjang yang digantungkan pada sebuah kayu. Tujuannya adalah agar saat pawai berlangsung, pemilik sokok tidak menggunakan banyak tenaga manusia karena bisa di diangkat oleh satu orang saja.



Nb: tanggal, bulan dan tahun yang ada di foto adalah kesalahan teknis pada saat setting kamera. Waktu yang benar adalah 24 januari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar